Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Apa Yang Dimaksud Salaf dan Salafi?
Jumat, 16 April 2021

Khutbah Jumat: Apa Yang Dimaksud Salaf dan Salafi? ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 19 Sya’ban 1442 H / 2 April 2021 M.

Khutbah Pertama – Khutbah Jumat: Apa Yang Dimaksud Salaf dan Salafi?

Ummatal Islam,

Belakangan ini banyak orang-orang yang mencela tentang istilah “Salafi”, maka pada kesempatan kali ini saya ingin menjelaskan apa yang dimaksud dengan Salafi dan Salaf itu?

Al-Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa Salaf adalah generasi yang utama, yaitu para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Imam Al-Baijuri dalam kitab Jauhar At-Tauhid juga menyebutkan bahwa hakikat Salaf yaitu mereka tiga generasi yang diutamakan, generasi yang disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari)

Ini merupakan istilah yang telah dikenal di zaman dahulu. Bahwasanya makna “Salaf” yaitu adalah generasi yang utama, generasi sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.

Ini dia Imam Al-Auza’i yang hidup di zaman tabi’ut tabi’in, beliau mengatakan:

عَلَيْكَ بِآثَارِ مَنْ سَلَفَ، وَإِنْ رَفَضَكَ النَّاسُ، وَإِيَّاكَ وَآرَاءِ الرِّجَالِ، وَإِنْ زَخْرَفُوا لَكَ بِالْقَوْلِ

“Hendaklah kalian mengikuti Salaf, walaupun orang-orang mencemoohkan kamu. Jauhi oleh kalian sebatas pendapat-pendapat manusia, walaupun mereka menghiasinya dengan ucapan yang mentereng.”

Ini dia Al-Imam Adz-Dzahabi yang hidup pada abad ke 8/9 Hijriyah, ketika menyebutkan tentang Al-Imam Ad-Daruquthni Rahimahullah, beliau berkata:

لم يدخل الرجل في علم الكلام، بل كان سلفيا

“Al-Imam Ad-Daruquthni tidak pernah masuk di dalam dunia ilmu kalam, akan tetapi dia seorang Salafi.”

Ucapan tentang ini dari para ulama banyak sekali, saudaraku. Bahwa Salaf itu adalah generasi yang utama, yaitu generasi sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, mereka adalah generasi yang dipuji oleh Allah. Di dalam Al-Qur’anul Karim Allah memuji dalam ayat-ayat ayat banyak generasi sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Allah berfirman di dalam surat At-Taubah:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ…

Dan orang-orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan kebaikan, Allah ridha kepada mereka, dan mereka pun ridha kepada Allah.” (QS. At-Taubah[9]: 100)

Allah sudah menyatakan keridhaanNya kepada generasi Muhajirin dan Anshar, generasi sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Apabila Allah telah ridha kepada mereka dan Allah pun juga ridha kepada orang-orang yang mengikuti mereka, itu menunjukkan bahwa kita harus mengikuti jalannya mereka, karena itulah jalan yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah juga berfirman:

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنتُم بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوا

Apabila mereka beriman dengan seperti apa yang kalian imani, sungguh mereka telah mendapatkan hidayah.” (QS. Al-Baqarah[2]: 137)

Makna “kalian” yang dimaksud dalam ayat ketika turun yaitu adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kata Ibnul Qayyim.

وَّإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ

Akan tetapi apabila mereka berpaling, maka sesungguhnya mereka dalam perselisihan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 137)

Subhanallah, saudaraku.. Di sini Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji generasi sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan bahwasanya mereka yang tidak mau mengikuti jalan para sahabat, pastilah mereka bercerai-berai dan berpecah-belah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun memuji generasi sahabat, generasi setelahnya dan setelahnya, dalam hadits yang sudah saya sebutkan tadi hadits yang mutawatir (diriwayatkan oleh banyak sahabat, lebih dari 20 sahabat). Nabi bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari)

Tiga generasi yang Rasulullah sebutkan, mereka tiga generasi yang terbaik di dalam agama. Karena mereka generasi yang terbaik, kewajiban kita tentu mengikuti yang terbaik, bukan yang terburuk, saudaraku.

Itu menunjukkan bahwa kita diharuskan mengikuti mereka para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan para sahabat pun menyuruh kita mengikuti mereka. Ini dia Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, beliau mengatakan:

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتَنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، فَإِنَّ الْحَيَّ لَا تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةُ، أُولَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا أَفْضَلَ هَذِهِ الْأُمَّةِ، أَبَرَّهَا قُلُوبًا، وَأَعْمَقَهَا عِلْمًا وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفًا، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللَّهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ وَإِقَامَةِ دِينِهِ، فَاعْرَفُوا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوهُمْ فِي آثَارِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوا عَلَى الْهَدْيِ الْمُسْتَقِيمِ

“Barangsiapa di antara kalian ingin mengambil suri tauladan, maka jadikan orang-orang yang sudah meninggal itu sebagai suri tauladan, karena orang yang masih hidup belum aman dari fitnah. Adapun mereka yang telah wafat, merekalah para Sahabat Rasulullah, mereka adalah ummat yang terbaik saat itu, mereka paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling baik keadaannya. Mereka suatu kaum yang Allah pilih untuk menjadi sahabat-sahabat RasulNya, dan menegakkan agamaNya, maka kenalilah keutamaan mereka, dan ikutilah jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas jalan yang lurus.” (Jami’ul Bayan Al-ilmi Wa Fadhlihi (2/97)

Saudaraku seiman, para ulama pun bersepakat dari empat madzhab, bahkan lima madzhab, bahwasanya kita harus mengikuti mereka. Ini dia Imam Malik bin Anas yang wafat pada tahun 179 Hijriah, beliau mengatakan:

لن يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها

“Tidak akan beres umat Islam ini kecuali dengan apa yang membereskan generasi pertamanya.”

Ini dia Abu Hanifah Rahimahullah yang wafat pada tahun 150 Hijriyah, yang merupakan Imam mazhab Hanafi, beliau berkata:

إذا جاء عن رسول الله فعلى الرأس والعين وإذا جاء عن صحابة رسول الله فعلى الرأس والعين

“Apabila datang dari Rasulullah, maka harus diatas mata dan kepala (artinya harus diterima), dan apabila datangnya dari para sahabat Rasulullah maka harus diatas mata kepala (artinya harus diterima).”

Ini dia Imam Asy-Syafi’i yang sangat masyhur dalam madzhabnya pembelaan terhadap sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Beliau menyebutkan sebagaimana dalam riwayat Ar-Rabi’ bin Sulaiman dan disebutkan oleh Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya I’lamul Muwaqi’in, Imam Asy-Syafi’i berkata:

وقد أثنى الله تبارك وتعالى على أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم في القرآن…

“Allah sudah memuji para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di dalam Al-Qur’an dan melalui lisan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mereka para sahabat di atas kita dalam setiap ilmu, di dalam setiap istimbath, istidrak, ijtihad dan yang lainnya. Dan pendapat mereka lebih terpuji untuk kita dan lebih layak untuk kita ikuti daripada pendapat kita.”

Subhanallah.. Imam Syafi’i Rahimahullah menegaskan bahwasanya pendapat sahabat itu hujjah. Sampai-sampai beliau menyebutkan dalam kitab beliau Juma’ul ‘Ilm (جماع العلم) bahwasanya apabila seorang sahabat berpendapat kemudian tidak diketahui adanya sahabat lain yang menyelisihinya, maka itu hujjah, kata Imam Syafi’i Rahimahullah.

Ini dia Imam Ahmad bin Hambal, Imam mazhab Hambali. Beliau berkata dalam kitab Ushulus Sunnah:

أُصولُ السُنة عندنا التمَسُك بما كانَ عليهِ أصحابُ رسول الله- صلى الله عليهِ وسلم-…

“Di antara pokok-pokok sunnah di sisi kami, yaitu berpegang kepada apa yang dipegang oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Ternyata imam yang empat bersepakat untuk merujuk para sahabat dan menjadikan mereka sebagai hujjah, saudaraku. Karena mereka para sahabat generasi yang sudah dipuji oleh Allah. Bahkan ketika Rasulullah mengabarkan bahwa umat Islam akan berpecah-belah menjadi 73 golongan, 1 di surga dan 72 di neraka, Rasulullah menjelaskan siapa yang satu di surga itu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Mereka adalah Al-Jamaah.”

Siapa “Al-Jamaah”? Dlam riwayat Al-Hakim dalam mustadraknya:

مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Yang aku dan para sahabatku di atasnya.”

Subhanallah, pujian yang sangat banyak dari Allah dan RasulNya dan para ulama tentang kewajiban kita mengikuti para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Merekalah yang disebut dengan generasi Salaf. Dan kita berusaha menapaki jejak-jejak kaki mereka, maka kita pun menisbatkan diri kepada mereka dengan mengatakan “Salafi”.

Namun, saudaraku.. Tidak setiap orang yang menisbatkan diri kepada Salaf pasti disebut Salafi. Siapapun yang menisbatkan diri kepada Salaf, dia wajib mengikuti mereka dalam aqidah, akhlak, muamalah, ibadah, bahkan dalam seluruh sisi-sisi agama. Tidak bisa kita hanya mengikuti aqidahnya saja, tetapi akhlak dan ibadah kita tidak ikuti. Tidak bisa demikian, karena Rasulullah sudah mengatakan “Sebaik-baiknya manusia adalah generasiku.” berarti mereka terbaik dalam seluruh bidang.

Maka dari itulah, saudaraku.. Menisbatkan diri kepada Salaf adalah penisbatan yang mulia. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه بل يجب قبول ذلك منه بالإتفاق فإن مذهب السلف لا يكون ألا حقا

“Tidak ada aib bagi orang yang menampakkan, menisbatkan diri dan bersandar kepada madzhab salaf, bahkan wajib menerimanya menurut kesepakatan para ulama, karena sesungguhnya madzhab salafus shalih itu tiada lain hanyalah kebenaran.”

Mereka yang langsung melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, mempraktikan Al-Qur’an, bahkan Al-Qur’an turun dengan bahasa mereka.

Maka pahamilah Al-Qur’an sesuai dengan pemahaman para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Karena itu adalah kebaikan dan kelurusan.

Khutbah Jumat kedua – Khutbah Jumat: Apa Yang Dimaksud Salaf dan Salafi?

Ummatal Islam,

Ketika Allah dan RasulNya memuji generasi sahabat, generasi tabi’in dan tabi’ut tabi’in, dan Rasulullah menyebutkan bahwa itu sebaik-baik manusia yang hidup di dunia ini.

Berarti konsekuensinya bahwa pendapat mereka yang terbaik, agama mereka yang terbaik, ijtihad mereka yang terbaik. Oleh karena itulah apabila ulama-ulama muta’akhirin (yang terakhir) berbeda pendapat dengan ulama-ulama yang terdahulu, mereka menyelisihi para sahabat, para tabi’in, dan para tabi’ut tabi’in, kewajiban kita mengikuti generasi yang utama tersebut. Karena itu yang diperintahkan oleh Allah dan RsulNya.

Mengikuti para sahabat artinya mengikuti tata cara agama mereka. Memang di zaman sahabat tidak ada mobil, tidak ada pesawat, akan tetapi kaidah-kaidah yang mereka telah tetapkan kepada kita menunjukkan bahwasanya perkara-perkara itu mubah, tidak apa-apa, karena pada asalnya yang berhubungan dengan masalah dunia itu halal dan suci.

Maka pahamilah agama ini saudaraku, sesuai dengan pemahaman para Salafush Shalih, para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, niscaya kita akan selamat. Karena Rasulullah meninggal dunia dalam keadaan beliau ridha kepada para sahabatnya. Demikian pula Allah dalam Al-Qur’an, berapa banyak ayat memuji mereka.

Download mp3 Khutbah Jumat

Lihat juga: Khutbah Jumat Singkat Tentang Dunia Bukanlah Tempat Pembalasan

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Apa Yang Dimaksud Salaf dan Salafi?” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50036-khutbah-jumat-apa-yang-dimaksud-salaf-dan-salafi/